Sektor Properti Balikpapan Kehilangan Tenaga Di Kuartal III/2025

Data Narasi – Sektor properti di Balikpapan menghadapi tantangan signifikan pada kuartal III/2025, dengan laporan terbaru menunjukkan adanya penurunan tenaga kerja yang cukup signifikan. Fenomena ini memicu kekhawatiran di kalangan pengembang, agen properti, dan pelaku industri terkait, karena ketersediaan tenaga ahli menjadi faktor penting dalam menjaga kelancaran proyek dan kualitas pembangunan. Penurunan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari rotasi pegawai, tantangan ekonomi makro, hingga minimnya minat generasi muda untuk berkarier di sektor properti. Situasi ini mendorong pelaku industri untuk mencari strategi baru, termasuk meningkatkan insentif bagi tenaga kerja, mengembangkan pelatihan profesional, dan memanfaatkan teknologi agar produktivitas tetap terjaga meski jumlah tenaga kerja menurun. Ke depannya, sektor properti Balikpapan perlu menemukan solusi adaptif agar pertumbuhan pembangunan tetap berjalan, sekaligus menjaga kualitas proyek dan kepuasan konsumen.

Pelemahan Indeks Harga Properti Residensial Di Balikpapan

Pada kuartal III/2025, sektor properti residensial di Balikpapan menunjukkan gejala melambat yang cukup signifikan. Menurut Survei Harga Properti Residensial (SHPR) dari Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di kota ini tumbuh hanya 0,67% (yoy) — jauh lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan pertumbuhan IHPR dirasakan di semua segmen rumah, termasuk tipe kecil (≤ 36 m²), menengah (36–70 m²), dan besar (> 70 m²). Khusus untuk rumah tipe kecil, pertumbuhan hanya 0,23%, menurun dari 0,38% di kuartal sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan harga ini mencerminkan bahwa permintaan properti residensial kembali normal setelah sebelumnya didorong oleh proyek-proyek strategis besar, seperti kilang minyak atau Ibu Kota Negara (IKN).

Kontraksi Penjualan Dan Kredit Properti

Selain harga, volume penjualan properti di Balikpapan juga terpukul. Nilai penjualan properti residensial di kuartal III/2025 mengalami penurunan tajam hingga 44,98%, menurut data SHPR. Sisi pembiayaan pun menunjukkan tren negatif. Kredit properti di Balikpapan tercatat Rp 1,17 triliun, menurun sekitar 3,46% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Meskipun ada sedikit perbaikan dibanding kuartal II (di mana penurunan lebih dalam), penurunan ini tetap menjadi sinyal lemahnya likuiditas dan minat pembelian properti melalui KPR. Faktor penurunan penjualan ini terkait erat dengan meredanya euforia IKN, di mana ekspektasi proyek besar tidak lagi mendorong pembelian secara masif seperti sebelumnya.

Peran Faktor Eksternal: Euforia IKN Meredup

Salah satu penyebab utama melemahnya sektor properti Balikpapan adalah meredupnya antusiasme terhadap Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Setelah periode hype besar, minat investor dan pembeli properti di Balikpapan mulai menurun ketika ekspektasi keuntungan jangka pendek dari kenaikan nilai properti akibat IKN tak lagi sekuat dulu. Bank Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan IHPR melambat sejak Q2/2025. Sementara itu, penjualan properti juga anjlok hingga 11% di kuartal sebelumnya. Bisnis Kalimantan Kondisi ini menekan sektor properti, karena banyak pengembang yang sebelumnya menggantungkan proyeksi kenaikan permintaan dari efek IKN.

Strategi Pengembang Dan Peluang Pemulihan

Di tengah turunnya permintaan untuk rumah besar, banyak developer beralih fokus ke rumah tipe kecil dan menengah, segmen yang masih menarik karena daya beli masyarakat lebih rendah dan kebutuhan hunian terjangkau tinggi. Selain itu, optimisme masih muncul dari kebijakan pendukung. Bank Indonesia memperkuat insentif likuiditas makroprudensial (KLM) agar perbankan lebih agresif menyalurkan kredit ke sektor properti dan perumahan. Sementara itu, Galaxy Property, salah satu konsultan properti besar, memanfaatkan peluang ini. Mereka mencatat pertumbuhan kinerja 3% (yoy) hingga kuartal III/2025 dan meresmikan kantor baru, Galaxy Prosper, di Balikpapan. Mereka menilai pasar secondary (pasar rumah siap huni) semakin besar peluangnya, dengan lonjakan permintaan mencapai 27% (yoy).